Aku bukan peramal, bukan pula ahli nujum, tapi sepertinya aku bisa memberikan saran: jauhilah para politisi toxic agar negara ini nyaman dan damai. Ia sangat mengancam, bahkan berpotensi menimbulkan kegaduhan.
Kamu mungkin pernah menemukan teman yang toxic. Ciri-ciri orang ini yang paling menonjol adalah selalu mementingkan diri sendiri. Sekalipun kamu sudah berbuat baik untuk mengalah, orang ini justru akan makin menjadi-jadi. Tabiat semacam inilah yang bisa mengganggu psikologi, dan sangat bisa menular jika kamu terpapar.
Bayangkan jika tabiat semacam itu menjangkiti politisi di republik ini. Sudah pasti, yang mereka pentingkan itu cuma mengejar kekuasaan demi menuntaskan dahaga pribadi. Orang ini pun sudah pasti akan membawa pengaruh buruk terhadap orang-orang di sekelilingnya.
Karakter semacam inilah yang aku lihat ada dalam diri Prabowo. Sudah bukan rahasia lagi kalau Prabowo dari dulu memang sangat haus kekuasaan. Bayangkan, sudah tiga kali dia maju capres, dan anda masih mengira niatnya untuk mengabdi? Menteri adalah jabatan luar biasa, banyak yang bisa dilakukan disana untuk mengabdi. Kalau belum puas, Prabowo bisa ikut ronda malam karena itu juga bagian dari mengabdi pada NKRI. Tentu saja Prabowo nggak mau karena yang dicari memang bukan pengabdian, melainkan kekuasaan.
Sudah berbagai cara dilakukan Prabowo agar bisa berkuasa. Dari mulai menebar hoax, fitnah, gebrak-gebrak meja, bahkan hingga menebar ketakutan kalau negara ini akan bubar pada 2030. Dan sekarang, siasat yang dilakukan Prabowo adslah dengan memasang tingkah kalem dan santun. Tapi ternyata dalam berbagai kesempatan, dia tak tahan menampilkan wajah aslinya. Contohnya saat di panggung Mata Najwa, Prabowo curhat sambil marah-marah, dan mengungkapkan motifnya berkuasa agar bisnisnya yang sempat macet sejak Orde Baru tumbang, bisa bangkit lagi.
Coba sekarang kita amati, orang-orang yang pernah dekat dengan Prabowo jadi ketularan melakukan hal-hal aneh dan konyol. Anda pasti masih ingat Neno Warisman dan kekoyolan yang pernah dibuatnya. Juga Ratna Surampaet. Apalagi Amien Rais, orang yang tampaknya tidak akan bakal tidur tenang tanpa membuat keonaran.
Mudah ditelisik sebenarnya kenapa tabiat Prabowo bisa seperti ini. Dia lahir di keluarga darah biru, sejak kecil apapun yang diinginkan sudah pasti dituruti. Ketika masih TNI, Prabowo banyak melompati seniornya.
Prabowo kerap melobi Soeharto, sebagai mantu tentu semua permintaan dipenuhi dengan mudah. Tak berhenti sampai disitu, saat gagal menjadi ketua umum dan capres dari Golkar, Prabowo pun langsung keluar bak anak kecil yang ngambek. Ia lalu mendirikan Gerindra dan menjadi penguasa tunggal partai disana.
Semua ia lakukan demi kekuasaan. Di Gerindra bahkan tak mengenal tradisi diskusi, hanya Kata “Siap”. Silakan amati tak ada tokoh selain Prabowo di partai itu yang memiliki popularitas tinggi. Tentu saja namanya haus kekuasaan, tak mungkin dia bakal memberikan kesempatan bagi kader-kader lain untuk jadi calon peminpin.
Latar belakang dan berbagai pengalaman itulah yang membuat Prabowo gampang berbuat apa saja untuk meraih nafsu berkuasanya.
Jadi, sebenarnya tidak mengagetkan ketika Jokowi pun akhirnya terhasut oleh lidah Prabowo. Setelah Amien Rais, Neno Warisman, dan Ratna Surampaet, kini Jokowi yang hari-hari belakangan jadi bahan candaan hingga olok-olokan karena kekonyolannya mengakali lembaga negara demi memajukan anak kesayangannya sebagai cawapres Prabowo.
Memang menyebalkan, Jokowi presiden yang prestasinya sudah kelihatan justru berbuat hal-hal di luar nalar menjelang akhir masa jabatannya. Tapi itulah toksisitas, sekali terpapar sangat sulit untuk disembuhkan. Satu-satu caranya cuma menjauh, menghindarinya.
Septian Raharjo