Oleh : Kadian Madya
Di Jakarta
Dimana-mana yang namanya leader itu tumpuan pertama yang dilihat dari segi manapun. Tanpa terkecuali menuju tahun politik ini, kita diminta teliti untuk menentukan pilihan agar kesempatan negara lebih unggul bisa diraup. Karena dari sana pula rakyat yang memberikan suaranya, dapat merasakan kesejahteraan dari Indonesia emas.
Ya Indonesia emas ini adalah cita-cita besar negara kita, tentu bisa diproses dengan pemimpin yang tepat. Karena lewat dialah, rakyat memiliki arahan untuk bergerak sesuai kondisi yang terjadi. Yang kita lihat dari calon pemimpin ini bukan hanya retorikanya tapi juga tindakannya. Bagaimana dia mengambil keputusan dan menjalankannya sampai berhasil adalah point dari keberhasilan.
Lebih dalamnya kita bisa menilik pada garapan mereka masing-masing dari sisi geopolitik. Anies Baswedan dan Prabowo Subianto kerap menjalin hubungan ke luar negeri, tapi hasilnya tidak lebih dari Ganjar yang menerima investor dari luar negeri sampai daerah kepemimpinannya dulu menjadi provinsi paling banyak mengurunkan pendapatan negara.
Mengapa bisa begitu? Karena Ganjar tidak hanya pandai dalam retorika, tapi juga dalam tindakan.
Satu moment tergambar saat ketiganya berinteraksi dengan pihak luar negeri. Dalam sebuah forum, Anies membanggakan Jakarta selama dia menjadi gubernur di sana. Dia bilang Jakarta tidak kalah dari ibukota-ibukota lain, tapi saat ditengok ke dalam ada banyak lubang di sana.
Mulai dari kemiskinan yang meningkat di eranya, manajemen keuangan yang kurang pas karena mengutamakan program besar tanpa memperhatikan kondisi warganya, kemandegan program banjir dan masih banyak lagi. Seperti Formula E yang menghabiskan uang banyak, tapi dia menelantarkan warganya dengan kemiskinan yang mendera kehidupan mereka.
Sedangkan Prabowo, dia tidak memiliki bakat untuk mengomandoi sebuah negara. Bung, negara kita besar dengan warga kurang lebih 270 juta jiwa. Kalau mengambil keputusan tanpa pikir panjang, bisa berujung fatal. Bukan hanya dipandang jelek di mata negara lain, tapi untuk berteman pun enggan.
Seperti saat membahas proposal perdamaian perang Rusia-Ukraina, dia mengabaikan pelanggaran HAM yang dirasakan Ukraina. Dari sana pandangan sebelah mata mulai muncul. Dia dikecam berpihak, bukan menjadi penengah oleh pihak Ukraina.
Pun dengan masyarakat Indonesia yang juga menyuarakan protesnya, karena Prabowo dinilai telah mempermalukan negara dan semena-mena mengutarakan proposal perdamaian yang berpihak pada satu kubu saja.
Itu baru satu keputusan, belum kemarin saat dia memutuskan membeli pesawat bekas dengan tergesa-gesa dan membuat pengeluaran Kemhan membengkak. Gonjang-ganjing Prabowo selama mendapat jabatan di Kemhan, membuat kita tahu bagaimana caranya menjalankan tugasnya.
Dia lebih cocok menjadi pebisnis yang menjalin hubungan dengan AS, untuk memperlancar kerja perusahaan-perusahaannya.
Beda jauh dengan Ganjar yang cukup hebat dalam melakukan lobbying, demi meraup keuntungan untuk warganya. Mulai dari menjalin kerja sama dengan investor luar negeri untuk mengembangkan komoditas di Jateng dan membuka lapangan kerja.
Bukan hanya persoalan yang menguntungkan bagi warganya, salah satu tokoh bangsa menceritakan bagaimana kelihaian Ganjar saat berada di forum bersama tokoh besar yang melanglang buana ke berbagai negara.
Di sana Ganjar menceritakan bagaimana dia menangani stunting yang menjadi masalah utama di negara kita. Saat perkumpulan itu ingin membuat gerakan untuk mendukungnya, Ganjar melarang karena forum lebih asyik untuk bertukkar pikiran. Hal itu diungkap seseorang tokoh negara yang juga memprakarsai forum itu.
Di sana Ganjar menceritakan terobosan besar dengan programnya yang digalakkan dari ibu mulai mengandung janin diperutnya, sampai melahirkan. Dan kembali memperhatikan tumbuh kembang bayi sejak lahir, sampai lepas dari kata bebas stunting. Keberhasilannya pun dapat diukur dari 51% stunting turun dalam waktu 4 tahun di provinsi padat penduduk itu.
Dari tiga ranah masing-masing capres, kalian tahu bukan mana yang besar omongan dan mana yang bisa menyelaraskan antara omongan dan tindakannya?
Anies basicnya sebagai dosen, dia lebih kenal dengan teori katimbang kondisi di lapangan. Perencanaannya mungkin tertata tapi untuk realisasinya tidak bisa lebih dari standar keberhasilan. Justru sering nampak kegagalannya dalam berbagai program.
Begitu dengan Prabowo arogansinya saja yang besar bisa sampai ke negara-negara di luar sana, tapi apa yang ditawarkan untuk membawa nama baik Indonesia? Proposal yang mengabaikan pelanggaran HAM tadi? Atau manajemen keuangan yang carut-marut di Kemhan?
Saya rasa hanya Ganjar yang bisa mengkondisikan kebutuhan warganya. Bahkan beberapa orang yang melanglang buana tadi dibikin pongah, karena melihat arah pemikiran Ganjar yang jeli dan lihai memanfaatkan kesempatan demi mendulang keuntungan sebesar-besarnya bagi negara dan warganya.
Hanya Ganjar yang paham betul dengan ranah geopolitik terkini. Di kalangan pihak luar bahkan pernah terlontar, bahwa Ganjar ini seorang politisi ulung yang paham situasi negara maupun kondisi rakyatnya.
Masalah detail kenegaraan sudah dipelajarinya, selama menduduki posisi eksekutif sebagai gubernur selama 10 tahun. Kesempatan itu digunakan dengan baik untuk mencurahkan hasil pikirnya. Gagasannya terbungkus program-program untuk daerah komandonya demi menyejahterakan rakyatnya.
Sampai sini, masih mau pilih selain Ganjar yang sudah teruji pemahaman geopolitiknya? Kalau aku pilih yang pasti saja, daripada yang bisanya cuma sombong dan ngomong doang. Gak bikin sejahtera, malah cuma buat gegayaan aja dong.
Ingat, yang sedang kita cari leader bukan tuan. Kan kita rakyatnya, tuan dari leadernya nanti. Kalau mau cari yang setengah-setengah, pilih Anies Baswedan saja. Kalau carinya tuan, ya Prabowo Subianto. Tapi kalau carinya leader, Ganjar Pranowo jawabannya.