Beranda » Berita » Terkini » Sengkuni Berbisik di Telinga Duryudana

Sengkuni Berbisik di Telinga Duryudana

Melihat Indonesia

Oleh : Angwar Sanusi

Pada suatu ketika, diceritakanlah Sengkuni berbisik pada Duryudana di ruang kerjanya. Dengan kemampuan menghasutnya yang sudah diakui seantero negeri, Duryudana pun takluk tanpa ia sadari. Maka meletuslah Baratayuda, pertempuran saudara.

Duryudana ini sebenarnya raja yang cakap dan menjunjung keadilan. Namun hatinya mudah terombang-ambing karena pujian orang-orang di sekitarnya. Ditambah hasutan sang patih Sengkuni yang haus kekuasaan, membuat ia berubah jumawa. Ia merasa dirinya kuat dan hebat untuk mempertahankan kekuasaan di tanah Astina.

Melihat situasi politik hari ini, memang sulit bagi kita untuk mengendalikan imajinasi publik. Dunia perkeliran itu tak lagi hadir sebagai pengetahuan, namun juga menjadi pengingat, sekaligus pelajaran bagi kita.

Banyak sekali yang terheran-heran melihat langkah Jokowi meninggalkan partai pengusungnya pada Pilpres 2024 kali ini. Partai yang puluhan tahun membersamai dia dan keluarganya itu justru dicampakkan dengan membabi buta. Aku merasa, itu bukan karakter Jokowi yang aku lihat selama ini. Orang yang tampak rendah hati, dan sangat ketat menjaga etika.

Aku teringat politisi PDIP Aria Bima pernah mengatakan ada hubungan yang tidak sehat, atau toxic relation antara Jokowi dan seseorang. Aku pun bertanya-tanya sendiri siapakah orang yang dimaksud itu. Kalau kata orang yang toxic itu sih Prabowo. Tapi apakah benar? Aku curiga, jangan-jangan, justru dari pihak istana sendiri yang toxic.

Kecurigaanku tidak berangkat dari omong kosong. Beberapa waktu yang lalu aku pernah baca tulisan Brutus Istana yang sempat ramai diperbincangkan. Di sana muncul nama Pratikno. Jangan-jangan Pratikno ini toxicnya, sekaligus sengkuni yang mempengaruhi Jokowi?

Rasa penasaranku akhirnya terjawab setelah membaca laporan Majalah Tempo pekan ini. Peran Pratikno rupanya memang tak main-main dalam pengusungan Gibran. Ia mengondisikan relawan, dan berkomunikasi secara intens dengan partai politik pendukung.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Pratikno ini orang terdekat Jokowi. Ia menjabat Mensesneg sejak Jokowi jadi presiden, dan posisinya tidak pernah diganti. Kedekatan inilah yang membuat Jokowi percaya penuh dengan segala ucapan Pratikno.

Jika Duryudana punya patih Sengkuni, Jokowi pun punya menteri Pratikno. Merekalah orang-orang kepercayaan, ucapannya selalu penuh bunga-bunga yang indah, sekalipun sebenarnya menyimpan duri. Tapi orang-orang semacam ini memang punya daya persuasif yang sangat memukau, dan seringkali membuat siapapun tak berdaya. Mereka selalu bilang demi kebaikan baginda, tapi sejatinya demi dirinya sendiri.

Posisi Pratikno sebagai Mensesneg memang sangat strategis untuk melancarkan berbagai siasatnya. Ia bisa mengatur pertemuan presiden. Agar langkahnya makin mudah, ia sudah tentu mesti menjauhkan orang-orang yang dulu membela Jokowi. Termasuk kawan-kawan perjuangannya dulu.

Yang namanya haus kekuasaan, sudah pasti apapun akan diterabas. Jangankan menusuk dan menyingkirkan orang-orang yang dulu membela Jokowi, rakyat pun dikhianati dengan menyandera lembaga negara yang mestinya untuk kepentingan hajat hidup orang banyak, jadi kepentingan kelompoknya.

Jangan kaget ketika jauh sebelum Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan soal usia, sudah muncul baliho Prabowo-Gibran dimana-mana karena perintah Pratikno. Jangan kaget pula kalau Pratikno sepertinya sudah tahu MK bakal mengabulkan gugatan soal usia.

Sekarang masyarakat melihat, merekalah orang-orang yang sebelumnya getol menyerukan wacana presiden tiga periode, perpanjangan masa jabatan, hingga penundaan Pemilu. Mereka para penentang konstitusi berkumpul jadi satu, membuat konspirasi terburuk dalam perjalanan demokrasi bangsa ini.

Di sinilah nantinya kebenaran akan membuktikan dirinya. Ia tak bisa dibungkam, apalagi dimatikan. Raja Duryudana karena hasutan Sengkuni, mencoba mempertahankan kekuasaan yang sebenarnya bukan haknya dengan berbagai cara, namun justru berakhir dengan keterpurukan. Aku tidak tahu apakah mereka akan sama nasibnya dengan kisah itu atau tidak. Yang kutahu secara pasti, rakyat adalah hakim yang paling mutlak.

Recent PostView All

Leave a Comment

Diterbitkan oleh PT. Gaspol Media Indonesia

Direktur: Rizky Kurniadi 

Pemimpin Redaksi : Roziki

Redaksi: Gita Timur, Fathurrahman, Mayda, Zashinta, Pangesti, Kiki, Nico 

Grafis: Immanullah, Wahyu 

Keuangan dan admin: Meyta, Yusrilia

Pemasaran dan Iklan: Nadiva, Krismonika

Kantor Pusat: Kagokan RT.01/RW.04, Gatak, Sukoharjo

Biro Jateng:  Jl Stonen Kavling 7A Kota Semarang

Telp: 0811313945

Email redaksi: redaksi@melihatindonesia.id 

Email iklan: iklan@melihatindonesia.id 

Copyright @ 2024 Melihat Indonesia. All Rights Reserved