Konflik panjang antara mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau akrab disapa Yai Mim, dengan tetangganya, Nurul Sahara, terus menyita perhatian publik. Perseteruan yang berawal dari masalah parkir mobil kini melebar ke tuduhan, fitnah, hingga pengusiran Imam dan istrinya, Rosida, dari lingkungan Perumahan Joyogrand, Kota Malang.
Dalam podcast Curhat Bang Denny Sumargo, Imam dan Rosida membeberkan awal mula persoalan ketika mobil rental milik Sahara kerap menutup akses rumah mereka.
“Saya tunggu sampai jam 10 malam, mobil tidak dipindah. Jam 11 akhirnya saya memberanikan diri untuk telfon karyawan/drivernya Bu Sahara, enggak diangkat. Voice note juga tidak diangkat sampai beberapa kali. Lalu, jam 2 pagi ternyata mobilnya belum dipindah juga, saya tunggu sampai jam setengah 3 enggak dipindah, saya bangunin drivernya di garasi mereka, garasi mereka berada di sebelah rumah Sahara,” ujar Rosida.
Imam yang saat itu harus menghadiri pengajian subuh akhirnya memindahkan sendiri mobil tersebut, namun kesalahan teknis justru memicu kemarahan Sahara dan suaminya.
Perselisihan semakin panas ketika Sahara menuduh Imam melakukan pelecehan saat dirinya mencuci pakaian. Tuduhan itu, kata Imam, menjadi dasar keluarnya surat pengusiran dari pengurus lingkungan yang berisi lima poin pelanggaran, mulai dari dugaan minuman keras hingga fitnah terhadap warga. Imam membantah keras tuduhan itu.
“Kami sama sekali tidak pernah didudukkan bersama, tidak pernah mendapat teguran baik lisan maupun surat. Jadi tidak ada kesempatan klarifikasi,” tegas Imam.
Ketegangan memuncak saat Imam mengaku dipukul Ketua RT ketika meminta tanda tangan untuk pindah KTP. Ia juga mengungkap larangan beribadah di musala setempat.
“Tangan saya dipukul keras, kacamata saya jatuh. Saya enggak apa-apa, tapi hati saya sakit,” ucapnya.
Konflik bahkan merembet ke soal lahan kosong di sekitar rumah. Rosida menyebut tanah yang ia beli sejak 2007 sebagian disedekahkan untuk akses jalan warga. Namun, menurutnya, Sahara memagari area itu dan memanfaatkannya untuk kandang kambing serta parkir mobil rental.
“Jadi tanah sedekah untuk jalan, bukan untuk parkir mobil rental atau pagar kandang. Dan keberatan pula dipakai untuk parkir mobil-mobil Sahara. Dulu sangat sering parkir di depan rumah saya,” jelas Rosida.
Namun, Sahara sendiri membantah tuduhan tersebut. Ia menyatakan lahan yang dipersoalkan bukan milik Imam, melainkan orang lain.
“Kami ada bukti dan keterangan pemilik, bahwa tanah itu bukan milik dia (Imam Muslimin) dan tanah tersebut ada yang punya bukan tanah waqaf,” kata Sahara.
Di sisi lain, protes terhadap Sahara juga meluas di media sosial. Sejumlah netizen mendesak Universitas Brawijaya (UB) untuk menindak tegas bahkan mencabut status Sahara sebagai mahasiswa S3 karena dinilai tidak beretika.
Sementara itu, warga Perumahan Joyogrand akhirnya sepakat mengusir Imam dan Rosida meski keduanya menempati rumah sendiri. Keputusan itu lahir setelah pertemuan warga membahas konflik berkepanjangan tersebut.
Imam yang telah mundur dari UIN Malang mengaku memilih mengalah, namun tetap membuka ruang perdamaian. Ia hanya meminta dua hal sederhana: mobil tidak lagi diparkir menutup jalan, serta anak Sahara tidak masuk ke rumahnya.
“Kalau saya salah, saya minta maaf. Kalau saya benar, mohon dihargai,” pungkas Imam.