MELIHAT INDONESIA, BANYUMAS – Di tengah modernisasi yang kian pesat, Banyumas, sebuah kabupaten di Jawa Tengah, menyimpan segudang cerita lewat kesenian tradisionalnya. Setiap seni ini punya kisah unik yang mencerminkan budaya serta perjuangan masyarakatnya menghadapi berbagai tantangan. Namun, sayangnya, keindahan ini mulai jarang terdengar, seolah meredup ditelan zaman.
Muyen: Menghormati Ibu dan Bayi Baru Lahir
Muyen, sebuah tradisi yang namanya berasal dari kata “muyi” (bayi), menjadi simbol rasa syukur dan keharmonisan. Saat seorang ibu melahirkan, warga sekitar berbondong-bondong datang menengok, membawa buah tangan sebagai tanda selamat.
Di balik keceriaan itu, ada keyakinan mistis: konon, ibu dan bayi yang baru lahir sangat disukai oleh makhluk halus. Untuk melindungi mereka, masyarakat sering memanggil dukun atau kamitua yang melakukan ritual sederhana, seperti membuat tanda botakan di dahi bayi. Tradisi ini masih dipertahankan, meski hadiah yang dibawa kini lebih modern, mengikuti arus zaman.
Cowongan: Simbol Harapan di Musim Kemarau
Bayangkan sebuah upacara sakral yang dilakukan saat musim kemarau panjang menggigit tanah Banyumas.
Itulah Cowongan, sebuah ritual memanggil hujan yang telah diwariskan turun-temurun. Dulu, masyarakat mengadakan ritual ini dengan penuh keyakinan, memohon berkah air untuk menghidupkan kembali tanah yang kering.
Kini, Cowongan lebih dikenal sebagai seni pertunjukan, tapi esensinya tetap sama: sebuah harapan agar alam dan manusia tetap harmonis. Ritual ini biasanya dilakukan dalam jumlah ganjil, seperti 1, 3, atau 5 kali, hingga hujan benar-benar turun. Mengingat kisah-kisah ini, tak heran jika Cowongan menjadi simbol kebijaksanaan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Pakeongan: Tarian Peralatan Dapur yang Penuh Makna
Pakeongan mungkin terdengar aneh, tetapi inilah wujud kreativitas wanita Banyumas yang memanfaatkan peralatan dapur sebagai alat seni.
Berakar dari keprihatinan para ibu petani saat suami mereka kesulitan karena kemarau panjang, kesenian ini menyatukan koin, batok kelapa, dan pecahan piring keramik dalam sebuah tarian ritmis.
Dengan mantra dan nyanyian penuh doa, ritual ini digelar untuk memohon hujan. Empat wanita, termasuk satu dalang, memainkan peran penting, menciptakan paduan harmoni yang tak hanya merdu, tetapi juga sakral. Melihat Pakeongan dimainkan, kita bisa merasakan semangat kebersamaan yang melampaui waktu.
Baritan: Upacara Kesuburan yang Sarat Tradisi
Jika berbicara tentang kesenian yang penuh simbol, Baritan adalah salah satu yang paling menarik. Ritual ini dilakukan demi menjaga kesuburan tanah dan keselamatan hewan ternak.
Ada dua jenis Baritan: satu untuk meminta hujan dan satu lagi untuk melindungi ternak. Berbagai kesenian seperti lengger dan ebeg digunakan untuk memeriahkan acara ini, menciptakan suasana yang penuh doa dan harapan.
Baritan dilaksanakan sekitar bulan September, di saat kemarau mulai melemah. Dalam setiap upacaranya, ada semangat besar yang terpancar, menunjukkan betapa masyarakat Banyumas menghargai keseimbangan antara alam dan kehidupan.
Aksimuda: Seni Perlawanan yang Menginspirasi
Berbeda dengan kesenian lain, Aksimuda lahir dari semangat perlawanan. Pada masa kolonial Belanda, para santri menggunakan seni ini sebagai bentuk protes, menampilkan gerakan pencak silat yang diiringi nyanyian Islami dan tabuhan rebana.
Kini, Aksimuda tetap hidup dengan sentuhan modern, menampilkan tarian yang lebih bervariasi dan lagu-lagu yang sesuai dengan selera masyarakat masa kini. Meski sudah bertransformasi, nilai-nilai perjuangan dan semangat keislaman tetap melekat.
Seni ini menjadi pengingat bahwa kesenian juga bisa menjadi media perjuangan, melampaui batas-batas waktu.
Memaknai Kesenian Banyumas di Zaman Sekarang
Mengenal kesenian Banyumas lebih dalam membuat kita sadar betapa kaya dan berharganya budaya lokal. Tradisi seperti Muyen dan Cowongan bukan hanya soal ritual, tapi juga soal rasa syukur, gotong royong, dan keharmonisan.
Di tengah dunia yang terus bergerak maju, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan ini tetap hidup. Mungkin, caranya bisa sesederhana memperkenalkan seni ini ke generasi muda melalui festival atau media sosial.
Kesenian Banyumas memang terdengar sederhana, namun di balik kesederhanaan itu ada makna yang mendalam, cerita yang menunggu untuk terus dikisahkan. (**)