MELIHAT INDONESIA, SEMARANG – Viralnya video yang menunjukkan sikap Miftah, Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, menuai gelombang kritik. Insiden ini menempatkan Presiden Prabowo Subianto dalam sorotan, terutama mengingat pidatonya yang dikenal menghormati rakyat kecil, termasuk pedagang kaki lima.
Gus Miftah dan Insiden Pedagang Es Teh
Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, Miftah terdengar mengolok-olok Sunhaji, seorang pedagang es teh asal Magelang. Ucapannya, “Ya sana jual gob**ok,” yang diutarakan dengan nada bercanda, memicu kecaman luas.
Sunhaji sendiri mengakui bahwa ucapan itu sempat membuatnya sakit hati, meski akhirnya ia dan Miftah saling memaafkan. Namun, warganet tetap menyerukan pencopotan Miftah dari jabatannya.
Desakan Warganet kepada Presiden
Melalui kolom komentar di unggahan Instagram Presiden Prabowo, warganet menumpahkan unek-unek mereka. Komentar seperti “Pecat Gus Miftah, Pak” dan “Tolong berhentikan staf yang mempermalukan rakyat kecil” bertebaran, mencerminkan keresahan publik.
Seorang warganet bahkan menyinggung bahwa pajak rakyat seharusnya tidak digunakan untuk menggaji seseorang yang dianggap tidak mencerminkan tugasnya sebagai penjaga kerukunan umat.
Teguran dari Istana
Merespons kegaduhan ini, Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya telah memberikan teguran langsung kepada Miftah. Dalam pernyataannya, Miftah mengaku menyesali tindakannya dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berbicara di hadapan publik.
“Ini juga menjadi introspeksi bagi saya,” ucapnya dalam permintaan maaf yang disampaikan kepada masyarakat luas.
Pidato Prabowo yang Kontras
Pidato Prabowo pada 29 Februari 2024, saat masih menjabat Menteri Pertahanan, menjadi pengingat akan sikap hormatnya kepada rakyat kecil. “Saya sangat hormat sama pedagang kaki lima, tukang ojol, dan tukang bakso,” ujar Prabowo kala itu.
Kontras ini membuat publik semakin mempertanyakan apakahMiftah masih layak menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden.
Akankah Prabowo Bertindak?
Meski permintaan maaf telah disampaikan, tekanan publik untuk mencopot Miftah terus menguat. Kini, bola ada di tangan Presiden Prabowo. Keputusan yang diambil akan mencerminkan sejauh mana pemerintahannya mendengar suara rakyat dan menjaga nilai-nilai penghormatan terhadap masyarakat kecil.
Di tengah kontroversi ini, satu hal yang pasti: tindakan Miftah telah menjadi ujian bagi pemerintahan Prabowo dalam mempertahankan citra kepemimpinan yang peduli pada rakyat kecil. (**)