MELIHAT INDONESIA, DEMAK – Ramadhan semakin mendekati penghujungnya, dan umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba mencari malam yang lebih baik dari seribu bulan. Salah satu cara terbaik untuk meraih keberkahan tersebut adalah dengan i’tikaf, sebuah ibadah yang dianjurkan Rasulullah SAW dan menjadi amalan istimewa di sepuluh malam terakhir.
Bukan sekadar menginap di masjid, i’tikaf adalah bentuk pengasingan diri dari hiruk-pikuk dunia demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini menjadi momentum refleksi, doa, dan pengharapan agar mendapat ampunan serta keberkahan yang luar biasa.
Dalam ceramah yang dirangkum dari kanal YouTube @kajianislam2025, disebutkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa melaksanakan i’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan, bahkan di tahun terakhir kehidupannya, beliau melakukannya selama 20 hari.
Bagi pemula yang ingin mencoba, i’tikaf bukanlah ritual yang sulit, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibadah ini berjalan dengan lancar dan bernilai maksimal.
Apa Itu I’tikaf dan Mengapa Begitu Penting?
Secara bahasa, i’tikaf berarti ‘berdiam diri’. Dalam Islam, maknanya lebih mendalam: menetap di masjid dengan niat beribadah sepenuh hati. Fokusnya adalah menjauhkan diri dari kesibukan dunia untuk sepenuhnya mengingat Allah SWT.
Keistimewaan i’tikaf tidak bisa dianggap remeh. Di dalamnya terdapat peluang besar untuk meraih Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beri’tikaf satu hari dengan mengharap wajah Allah, maka Allah akan menjauhkan antara dia dan neraka sejauh tiga parit. Setiap parit lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Thabrani)
Persiapan Sebelum Memulai I’tikaf
Agar i’tikaf berjalan lancar dan nyaman, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:
- Niat yang Ikhlas
I’tikaf adalah ibadah yang sangat bernilai, sehingga niat harus benar-benar tulus karena Allah SWT, bukan sekadar mengikuti tren atau mencari kesenangan duniawi. - Memilih Masjid yang Kondusif
Pilihlah masjid yang memungkinkan untuk beribadah dengan nyaman, memiliki fasilitas bersih, serta menyediakan kajian atau pendampingan bagi para peserta i’tikaf. - Membawa Perlengkapan Seperlunya
Bawalah peralatan ibadah seperti Al-Qur’an, sajadah, buku doa, serta perlengkapan tidur yang sederhana seperti selimut dan bantal kecil. Jangan lupa alat kebersihan pribadi. - Mengatur Jadwal Ibadah
Agar tidak kehilangan arah selama i’tikaf, susunlah jadwal sederhana. Atur waktu untuk membaca Al-Qur’an, shalat malam, dzikir, serta mendengarkan kajian agama.
Amalan yang Dianjurkan Saat I’tikaf
Agar waktu i’tikaf benar-benar bernilai ibadah, perbanyaklah amalan berikut:
- Shalat Malam (Qiyamul Lail)
Gunakan kesempatan ini untuk memperbanyak shalat tahajud dan witir, karena inilah waktu terbaik untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. - Membaca dan Merenungi Al-Qur’an
Jangan hanya membaca, tetapi pahami juga maknanya. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup, dan Ramadhan adalah bulan diturunkannya wahyu ini. - Memperbanyak Dzikir dan Doa
Ucapkan dzikir seperti Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar sesering mungkin. Jangan lupa membaca doa yang diajarkan Rasulullah SAW:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni
“Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah aku.” - Mendengar Kajian dan Muhasabah Diri
Jika masjid menyediakan kajian, manfaatkan untuk menambah ilmu. Gunakan juga waktu tenang untuk merenungi kehidupan dan membuat resolusi untuk menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadhan.
Etika dan Hal yang Harus Dihindari dalam I’tikaf
Agar i’tikaf tetap bernilai ibadah, perhatikan adab-adab berikut:
Jaga kebersihan
Jangan berbicara berlebihan atau bercanda yang tidak perlu
Fokus pada ibadah, bukan bersosialisasi
Gunakan gadget seperlunya, jangan sampai mengganggu kekhusyukan
Jangan meninggalkan masjid tanpa keperluan syar’i (seperti buang hajat atau keperluan darurat) dapat membatalkan i’tikaf.
Hindari perdebatan atau aktivitas yang tidak mendukung ibadah
Jangan Sia-siakan Kesempatan!
Kesempatan emas ini hanya datang sekali dalam setahun. Siapa yang bisa menjamin bahwa kita masih akan bertemu dengan Ramadhan tahun depan?
Rasulullah SAW telah memberi contoh dengan menyempurnakan ibadah di sepuluh malam terakhir. Maka, jangan sampai kita melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang tak ternilai.
Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Aamiin. (**)