MELIHAT INDONESIA, ISRAEL – Di tengah duka dunia atas wafatnya Paus Fransiskus, pemerintah Israel justru menuai kontroversi setelah mengunggah ucapan belasungkawa yang kemudian dihapus tanpa penjelasan.
Pada Senin (21/4/2025), akun resmi Israel di platform X sempat mengunggah ucapan duka disertai foto Paus Fransiskus sedang berdoa di Tembok Ratapan. “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangan tentang beliau menjadi berkah,” bunyi pesan tersebut.
Namun, hanya beberapa jam berselang, unggahan itu lenyap. Tak ada klarifikasi. Tak ada penjelasan.
Menurut laporan Reuters, pernyataan belasungkawa itu dihapus secara mendadak, memicu tanda tanya besar. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Israel akhirnya angkat bicara dan menyebut bahwa penghapusan itu “tidak disengaja”.
Namun media-media lokal punya tafsir lain. Mereka mengaitkan penghapusan tersebut dengan sikap kritis Paus terhadap operasi militer Israel di Gaza, yang belakangan disebutnya sebagai bentuk kekejaman dan bahkan genosida.
Dalam pidatonya pada November 2024, Paus Fransiskus secara tegas mengkritik serangan Israel yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina. Ia menyebut bahwa dunia tidak bisa lagi menutup mata terhadap penderitaan warga Gaza.
“Yang mereka bom adalah anak-anak. Yang mereka tembak dengan senapan mesin adalah anak-anak,” ucap Paus dalam salah satu pernyataannya yang dikutip luas media dunia.
Kecaman dari Paus bukan hanya berhenti di situ. Ia secara pribadi disebut rutin menelepon Komunitas Kristen di Gaza setiap malam untuk memberi kekuatan. Sikap ini membuatnya disayangi sekaligus dikritik.
Wafatnya Paus Fransiskus pada Senin itu langsung memicu gelombang belasungkawa dari para pemimpin dunia. Dari Vatikan hingga New York, dari Buenos Aires hingga Jakarta, ucapan duka membanjiri ruang publik.
Namun dari Yerusalem, hanya keheningan yang terdengar.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak mengeluarkan sepatah kata. Menteri Luar Negeri Gideon Saar pun memilih bungkam. Hanya Presiden Israel, Isaac Herzog, yang menyampaikan duka secara resmi.
Diamnya dua tokoh penting Israel tersebut memicu kritik, salah satunya datang dari Raphael Schutz, mantan Duta Besar Israel untuk Vatikan.
“Pernyataan Paus memang layak dikritik, dan Israel seharusnya menanggapinya secara diplomatis pada saat itu. Tapi sekarang kita bicara tentang pemimpin spiritual lebih dari satu miliar umat manusia. Diam bukanlah pesan yang tepat,” ujar Schutz dalam wawancara dengan The Jerusalem Post.
Ia menekankan bahwa kehadiran Israel dalam pemakaman Paus pada Sabtu (26/4/2025) mendatang sangat penting. Bukan hanya demi simbol, tapi juga untuk menjaga relasi internasional.
“Jika kita absen, itu akan sangat mencolok. Dunia akan melihat dan bisa memperburuk kesan bahwa Israel sedang terisolasi,” tambahnya.
Hingga kini, belum ada kepastian apakah Israel akan mengirim delegasi resmi ke Vatikan. Namun yang pasti, dunia mencatat—di saat semua berkabung, Israel justru ragu menunjukkan simpati. (**)