MELIHAT INDONESIA, FLORES – Di Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat salah satu destinasi magis yang tak hanya memesona mata, tetapi juga menyimpan kisah-kisah mistis yang terus dihidupkan oleh masyarakat setempat. Gunung Kelimutu, dengan danau kawahnya yang dikenal sebagai Danau Tiga Warna, telah menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Berada pada ketinggian 1.384,5 meter di atas permukaan laut, gunung ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan sekaligus cerita-cerita unik tentang perubahan warna danau yang dianggap sebagai pertanda alam.
Pesona dan Sejarah Gunung Kelimutu
Kelimutu, yang berasal dari kata “keli” (gunung) dan “mutu” (mendidih), memang memiliki daya tarik yang sulit ditemukan di tempat lain. Gunung ini berdiri kokoh di antara lanskap perbukitan Flores, dan terkenal dengan tiga danau kawahnya yang memiliki warna berbeda: Tiwu Ata Polo, Tiwu Ko’o Fai Nuwamuri, dan Tiwu Ata Bupu. Masyarakat sekitar, terutama suku Lio, meyakini bahwa ketiga danau ini adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa yang telah meninggal.
Tiwu Ata Polo, danau pertama, konon merupakan tempat berkumpulnya arwah mereka yang semasa hidupnya melakukan kejahatan.
Tiwu Ko’o Fai Nuwamuri dipercaya sebagai tempat jiwa-jiwa muda.
Tiwu Ata Bupu merupakan peristirahatan terakhir bagi arwah para orang tua.
Fenomena Unik Perubahan Warna
Keindahan alam yang luar biasa dari Danau Tiga Warna semakin menarik karena fenomena perubahan warna airnya. Dalam budaya masyarakat setempat, perubahan warna ini dianggap sebagai pertanda alam yang membawa pesan tertentu, bahkan terkadang dikaitkan dengan bencana besar yang akan datang. Peristiwa seperti gempa bumi yang melanda Flores pada tahun 1992 disebut-sebut telah diprediksi oleh perubahan warna danau Kelimutu.
Namun, menurut para ilmuwan, perubahan warna ini adalah hasil reaksi kimia antara gas vulkanik yang dikeluarkan dari dalam bumi dengan air di dalam kawah. Setiap danau memiliki komposisi kimia yang berbeda, sehingga menghasilkan warna yang beragam. Aktivitas vulkanis yang mendorong gas-gas seperti belerang hingga ke permukaan menyebabkan variasi oksidasi air, mirip dengan perubahan warna pada darah yang tampak melalui kulit.

Titik Inspirasi, Puncak Keajaiban di Kelimutu
Untuk menikmati pesona Kelimutu secara utuh, pengunjung dapat menuju “Titik Inspirasi” di puncak gunung. Meski bukan titik tertinggi, dari sini Anda dapat menyaksikan ketiga danau dengan jelas. Pemandangan ini sungguh menakjubkan, terutama ketika sinar matahari pagi menyentuh permukaan danau, menciptakan gradasi warna yang memikat.
Jalur menuju puncak ini juga bukan hanya sekadar rute pendakian biasa. Di awal perjalanan, Anda akan melewati situs Pere Konde, sebuah batu besar yang diyakini sebagai pintu masuk bagi arwah menuju keabadian. Kemudian, perjalanan dilanjutkan melewati kawasan yang pernah menjadi pesanggrahan Belanda, hingga menuju kawasan hutan arboretum yang lebat dengan pepohonan khas seperti cemara dan cantigi gunung.
Fauna dan Flora Eksotis di Taman Nasional Kelimutu
Selain daya tarik danau dan pemandangan gunung, Taman Nasional Kelimutu juga menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna langka. Salah satu yang paling istimewa adalah burung Garugiwa (Pachycephala nudigula nudigula), yang terkenal karena kemampuannya mengeluarkan kicauan dengan 12 nada berbeda. Bagi para pengamat burung, Garugiwa menjadi daya tarik tersendiri di kawasan ini.
Vegetasi yang ada di sekitar taman nasional juga unik. Beberapa tumbuhan khas seperti edelweiss, kesambi, hingga bunga abadi dapat ditemukan di sini. Jika beruntung, pengunjung bisa menjumpai flora langka seperti kodal dan cantigi gunung yang tumbuh subur di sepanjang jalur pendakian.
Akses dan Biaya Masuk
Gunung Kelimutu dapat diakses dari Kabupaten Ende menuju Desa Moni, yang berjarak sekitar 65 kilometer. Dari Moni, pengunjung bisa menempuh perjalanan darat sekitar 15 kilometer hingga mencapai pintu masuk Taman Nasional Kelimutu. Untuk tarif masuk, pengunjung domestik dikenakan biaya Rp5.000, sementara wisatawan mancanegara harus membayar Rp150.000.
Menapaki Sejarah dan Budaya Suku Lio
Salah satu hal yang menjadikan Kelimutu istimewa adalah keterikatan suku Lio dengan kawasan ini. Setiap tahun, masyarakat Lio mengadakan ritual ziarah “Pati Ka Du’a Ata Mata,” sebuah upacara persembahan kepada leluhur di sekitar Kelimutu. Upacara ini dilakukan untuk menghormati nenek moyang mereka, dengan mempersembahkan sesaji di situs Pati Ka, yang terletak sekitar 50 meter dari Kawah Tiwu Ata Polo. Ritual ini tidak hanya sarat dengan nilai budaya tetapi juga memperlihatkan kekuatan spiritual masyarakat Lio yang masih menjaga tradisi nenek moyang mereka.
Tempat Bersejarah yang Menjadi Surga Bagi Peneliti
Sejak tahun 1920-an, wisatawan asing mulai berdatangan ke Kelimutu untuk menikmati fenomena alam yang unik ini. Bukan hanya itu, Kelimutu juga menjadi laboratorium alam bagi para peneliti geologi. Fenomena perubahan warna danau yang langka menjadi sumber ketertarikan utama, menjadikan Kelimutu sebagai situs penelitian yang penting bagi para ahli.
Magis yang Terpancar dari Danau Tiga Warna
Kelimutu bukan sekadar tempat wisata; ia adalah simbol keindahan dan misteri yang menyatu dalam alam. Danau Tiga Warna yang terus berubah warna seakan mengajak kita untuk merenung, seolah setiap perubahan warna menyimpan pesan tersembunyi dari alam. Ketika berada di puncak, dikelilingi oleh tiga danau dengan warna-warna yang berbeda, Anda akan merasakan kehadiran alam yang begitu kuat, mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan menjaga kekayaan alam yang luar biasa ini.
Mengunjungi Kelimutu adalah pengalaman yang menggetarkan, dan bagi banyak orang, pesona dan misteri Danau Tiga Warna akan terus membekas dalam ingatan—mungkin selamanya. (**)