MELIHAT INDONESIA– Mimbar Hindu kali ini merupakan artikel hasil buah pikir dan karya Didik Widya Putra, SE., MM. (Rohaniwan Hindu), yang dilansir secara utuh dari laman Kementrian Agama RI, kemenag.go.id. Semoga bermanfaat.
Om avighnam astu namo sidham. “Om Ano Badrah Kretavo Yantu Visvatah” (Semoga Pikiran Baik Datang Dari Segala Penjuru)
Pelita Dharma pekan ini membahas tentang Pengendalian Diri. Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri secara sadar agar menghasilkan perilaku yang tidak merugikan orang lain, sehingga sesuai dengan norma sosial dan dapat diterima oleh lingkungannya.
Pengendalian diri juga didefinisikan sebagai kapasitas manusia untuk mengendalikan respons, terutama dalam fungsinya untuk beradaptasi dengan norma ideal, moral, ekspektasi sosial, dan pencapaian jangka panjang. Selanjutnya Pengendalian diri merupakan kemampuan seseorang memiliki kemampuan membedakan hal yang baik atau hal yang tidak patut untuk dilakukan.
Untuk dapat melakukan pengendalian diri , seseorang hendaknya memiliki Viveka. Yaitu, kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, salah dan benar. Namun demikian, patut kita ketahui bersama bahwa yang baik belum tentu benar dan yang benar belum tentu baik.
Manusia merupakan ciptaan yang sempurna dari ciptaan mahkluk lainya. Manusia memiliki tiga aspek kemampuan, yaitu: Bayu (Kemampuan Hidup), Sabda (Kemampuan Bersuara/Berbicara), dan Idep (Kemampuan untuk berfikir)
Kenapa pengendalian diri sangat penting dalam ajaran agama Hindu? Karena pengendalian diri memiliki kaitan erat dengan upaya untuk mengatur harmoni manusia serta ciptaan lain dalam dimensi transendental dan dimensi sosial, serta lingkungan. Hal ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi manusia itu sendiri, sebagaimana dinyatakan dalam kitab-kitab Purana, di era jaman Kaliyuga. Yaitu, jaman yang orientasi manusia hanyalah pada dunia material (materi) dan kesenangan, yang tidak memberikan kebahagian yang sejati.
Dengan demikian, di dalam ajaran agama Hindu, sangat banyak penjelasan yang berkaiatan ajaran-ajaran susila. Di antara ajarannya yang sangat simple adalah Dharma mengendalikan manusia menuju kebajikan, kebahagiaan, dan akhirnya untuk mendapatkan kelepasan ikatan duniawi melalui Pengendalian Pikiran dan Indriya yang tertuang dalam ajaran Tri Kaya Parisudha, sebagai tiga (tri) perbuatan/tingkah laku (kaya) yang disucikan (parisudha).
Pertama, Manacitta. Yaitu, cara berpikir yang baik, benar atau suci Manah (pikiran) sebagai rajanya indriya yang mempengaruhi Panca Budhindriya (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit), dan Panca Kamendrya (tangan, kaki, perut, kelamin, dubur). Contohnya: Mata memandang sesuatu yang mengiurkan. Mata lalu mempengaruhi pikiran. Dari pikiran dipertimbangkan, disaring oleh “hati”, hingga timbul hasrat postif maupun negatif. Jika positif, akan ada perikaku positi, jika negatif maka akan timbul usaha-usaha negatif.
Kedua, Wacika. Yaitu, berkata atau berbicara yang benar dan baik. Demikian juga berkaitan Wacika jika tidak dikontrol secara baik, maka kencenderungannya akan sama. Ucapan yang positi maupun ucapan yang negatif. Berikutnya juga dengan Kayika, juga berawal dari bagaimana kita memilki kontrol yang baik dalam berfikir yang baik dan benar menghasilkan ucapan atau perkataan yang baik dan benar pula. Dari ucapan yang baik dan benar tersebut akan menghasilkan berperilaku dan tindakan baik serta melakukan hal yang benar pula.
Di dalam Pustaka suci Weda, sangat menekankan bahwa betapa pentingnya menjaga badan jasmani seseorang, karena dengan fisik yang sehat dan akan lebih baik melaksanakan Dharma atau swadharma yang membebaninya. Pemeliharaan jasmani dengan jalan berolah raga serta makan dan minumn yang nmenyehatkan. Demikian pula dengan memelihara rohani dengan mengamalkan ajaran agama sebaiknya.
Disebutkan dalam Atharvaveda XIX.60.2: Aritani me sarva atma anibhrstah (Hendaknya badan dan pikiran kami sehat, babas dari segala penyakit sehingga selalu bangkit untuk meningkatkan diri)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah kita memahami bahwa jasmani sehat dan pikiran yang sehat pula merupakan modal dasar untuk meningkatkan kualitas pribadi kita. Meningkatkan kualitas pribadi merupakan keharusan mutlak yang hendaknya diusahakan Dari sinilah Pengamalan ajaran agama bermuara pada pengendalian diri, melalui Etika dan Moral yang baik dimana pada akhirnya meningkatkan kualitas atau kualitas pribadi manusia yang positif.
Pengendalian diri melalui etika dan moral merupakan pancaran dari pengamalan ajaran dalam agama Hindu. Agama tidak akan ada artinya bila tidak diamalkan sebagai mana seharusnya. Oleh karena itu apabila agama dilaksanakan dengan mantap maka tujuan hidup berupa kesejahteraan dan kebahagiaan akan segera dapat diwujudkan. dengan demikian keharmonisan sebagai landasan kehidupan yang sejahtera, tentram dan bahagia Niscaya kehidupan yang Satyam, Sivam dan Sundaram, (Kebenaran, Kesucian dan Keharmonisan) Manah Santih maupun Parama Santih akan dapat terwujud.
Akhinya, saya tutup dengan Parama Santih, Om Santih, Santih, Santih Om.
Didik Widya Putra, SE., MM. (Rohaniwan Hindu)