Minggu, Mei 25, 2025
Beranda » Kabar Duka » Penjaga Puncak Lawu Itu Telah Pergi, Mbok Yem Wafat di Usia 82 Tahun

Penjaga Puncak Lawu Itu Telah Pergi, Mbok Yem Wafat di Usia 82 Tahun

Melihat Indonesia

MELIHAT INDONESIA, MAGETAN – Sosok legendaris yang menjaga kehangatan di puncak Gunung Lawu selama puluhan tahun itu akhirnya berpulang. Wakiyem, lebih dikenal sebagai Mbok Yem, meninggal dunia pada usia 82 tahun, Rabu (23/4/2025), di kediamannya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur.

Kepergian Mbok Yem meninggalkan duka mendalam, tak hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi ribuan pendaki yang pernah menghangatkan tubuh di warung sederhananya yang berdiri hanya beberapa meter dari Hargo Dumilah — titik tertinggi Gunung Lawu.

“Infonya betul, Mbok Yem meninggal dunia. Saya dapat kabarnya sekitar pukul 15.30 WIB,” ujar Kepala Dusun Cemoro Sewu, Agus, saat dikonfirmasi pada Rabu siang.

Menurut Agus, kondisi kesehatan Mbok Yem mulai menurun sejak sebelum bulan Ramadhan. Ia sempat menjalani perawatan intensif di RSUD Ponorogo setelah turun dari gunung dalam keadaan lemah.

“Beliau memang ber-KTP di Desa Gonggang, tapi sudah sangat dikenal masyarakat Cemoro Sewu karena membuka warung di puncak,” jelas Agus.

Nama Mbok Yem telah menjadi legenda di kalangan pendaki. Ia dikenal sebagai satu-satunya pemilik warung yang mampu bertahan di ketinggian lebih dari 3.200 meter di atas permukaan laut — tempat yang bahkan pepohonan pun mulai enggan tumbuh.

Sejak era 1980-an, Mbok Yem dipercaya telah menempati puncak Lawu. Meski tak ada catatan resmi tentang tahun pasti kedatangannya, para pendaki menyebut kehadiran Mbok Yem seperti “penjaga gerbang langit” Gunung Lawu.

Warung kayu beratap seng miliknya adalah tempat terakhir yang menawarkan nasi hangat, kopi hitam, dan senyum ramah sebelum pendaki mencapai puncak atau kembali turun ke kaki gunung.

Setiap Ramadhan, Mbok Yem biasanya akan turun gunung menjelang Lebaran — sebuah tradisi yang menjadi penanda waktu bagi warga sekitar. Namun tahun ini berbeda. Karena kondisi yang terus melemah sejak Februari 2025, ia ditandu oleh enam orang untuk turun lebih awal dari biasanya.

Proses itu bukanlah hal mudah. Gunung Lawu, dengan jalurnya yang terjal dan udara tipis, membuat perjalanan turun gunung menjadi perjuangan panjang, terutama bagi sosok sepuh yang tubuhnya semakin rapuh.

Selama dirawat, keluarga berharap Mbok Yem bisa pulih dan kembali ke puncak. Namun takdir berkata lain. Perempuan yang hidup menyatu dengan kabut, angin, dan kesunyian Lawu itu kini telah pergi.

Tidak sedikit pendaki yang mengungkapkan duka lewat media sosial. Banyak yang menyebut kepergian Mbok Yem sebagai kehilangan penjaga peradaban di puncak yang sunyi.

Warung Mbok Yem bukan sekadar tempat makan — ia adalah simbol ketahanan, keikhlasan, dan pengabdian. Selama empat dekade lebih, ia hidup dalam kesendirian di tengah kerasnya alam, demi menyediakan ruang istirahat bagi mereka yang mengejar langit.

“Mbok Yem tak pernah memaksa siapa pun membeli dagangannya. Tapi tak ada pendaki yang bisa menolak teh manisnya yang menghangatkan tubuh dan cerita-ceritanya yang menenangkan hati,” tulis salah satu pendaki dalam unggahan foto kenangan bersama Mbok Yem.

Kini, puncak Gunung Lawu akan terasa berbeda. Tak akan ada lagi warung dengan aroma nasi hangat di balik kabut, tak akan ada lagi suara sapaan lirih “mangan disek, Le” saat pendaki tiba di puncak.

Banyak yang berharap warung peninggalannya bisa dijadikan monumen kecil sebagai penghormatan terakhir. Bukan hanya sebagai bentuk memorial, tetapi juga sebagai pengingat bahwa pernah ada seorang perempuan yang hidup di atas awan demi melayani sesama.

Kepergian Mbok Yem adalah penutup dari sebuah kisah sunyi yang panjang — tentang perempuan, gunung, dan cinta diam-diam pada tanah yang tinggi.

Selamat jalan, Mbok Yem. Puncak Lawu kini lebih sunyi, tapi kenanganmu akan terus hidup dalam tiap langkah pendaki yang menapak menuju langit. (**)

Recent PostView All

Leave a Comment

Follow Us

Recent Post

Adblock Detected

Please support us by disabling your AdBlocker extension from your browsers for our website.

Diterbitkan oleh PT. Gaspol Media Indonesia

Direktur: Rizky Kurniadi 

Pemimpin Redaksi : Rozaki 

Redaksi: Fathurrahman, Mayda, Zashinta, Pangesti, Kiki, Nico 

Grafis: Immanullah, Wahyu 

Keuangan dan admin: Meyta, Yusrilia

Pemasaran dan Iklan: Nadiva, Krismonika

Kantor Pusat: Kagokan RT.01/RW.04, Gatak, Sukoharjo

Biro Jateng:  Jl Stonen Kavling 7A Kota Semarang

Telp: 0811313945

Email redaksi: redaksi@melihatindonesia.id 

Email iklan: iklan@melihatindonesia.id 

Copyright @ 2024 Melihat Indonesia. All Rights Reserved