MELIHAT INDONESIA, SEMARANG – Petani mangrove asal Kota Semarang, Sururi, menerima penghargaan Kalpataru 2024 pada kategori Perintis Lingkungan.
Penghargaan tertinggi bagi para pahlawan lingkungan ini diterima Sururi atas jerih payahnya membudidayakan dan melestarikan mangrove di pesisir Semarang selama hampir tiga dekade.
Saat ditemui pada Rabu (24/7/2024), Sururi sedang membagikan ilmu budidaya mangrove di hadapan puluhan mahasiswa dari berbagai kampua di Jawa Tengah.
“Saya dapat penghargaan Kalpataru pada 5 Juni kemarin. Bagi saya ini capaian tertinggi,” ucapnya.
Sururi mengaku mulai menekuni budidaya mangrove sejak 1997 dan perlahan bisa menyelamatkan pesisir Semarang dari ancaman abrasi dan banjir rob.
Jarak ke pesisir laut, yang sebelumnya hanya 600 meter perlahan bertambah menjadi 1,4 kilometer.
Sururi bersama mitra dan relawan berhasil membuat hutan mangrove di tiga kawasan yang ia sebut sebagai blok M. Meliputi pesisir Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan.
Ekosistem mangrove telah terbentuk di pesisir Mangkang Kulon dan Mangunharjo. Kini ia berupaya membuat hutan mangrove baru di Mangkang Wetan.
“Dari tiga blok ini total hutan mangrovenya mencapai 80 hektare. Di dalamnya ada lebih dari 25 psesies mangrove,” jelas Sururi.
Tiga dekade yang lalu, Sururi tidak pernah bermimpi akan dikenal sebagai pahlawan lingkungan. Apalagi menerima penghargaan Kalpataru.
Sururi yang merupakan tamatan sekolah dasar (SD) belajar mangrove secara mandiri. Ia menggali berbagai ilmu untuk meningkatkan harapan hidup tanaman yang dikenal memiliki kemampuan bertahan kurang dari 70 persen ini.
Dedikasi ini kemudian membuatnya dijuluki “Profesor” oleh para dosen dan profesor di Kota Semarang dan lainnya.
Sururi menganggap, hal utama baginya adalah bagaimana ia bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, agar upaya merawat alam tidak pernah terputus. (*)