MELIHAT INDONESIA, JAKARTA – Perusahaan wadah makanan yang sempat sangat populer, Tupperware, kini terus merugi dan tengah mengajukan proses kebangkrutannya. Merek wadah makanan ini tengah mencari pemilik baru sebagai upaya untuk memikat para pelanggan muda.
Melansir laman The Guardian, perusahaan yang didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper pada 1946 itu terkenal karena segel berbunyi khas yang dipatenkannya. Tupperware telah memulai proses pengajuan kebangkrutan di Amerika Serikat (AS).
Para bos Tupperware mengatakan, lingkungan perekonomian saat ini berdampak parah pada kondisi keuangan perusahaan. Harga saham Tupperware terjun bebas hingga lebih dari 50 persen pekan ini, saat berita kebangkrutannya menyebar.
Tupperware mulai terkenal pada 1950-an dan 1960-an saat perwakilan penjualan, yang mayoritas perempuan, mengadakan pesta Tupperware untuk menjual berbagai wadah plastiknya. Bagi banyak orang, ini adalah kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan untuk rumah tangganya dengan jadwal fleksibel dan tak perlu bekerja full-time di luar rumah.
Perusahaan yang berkantor pusat di Massachusetts, AS ini akhirnya menjadi identik dengan penyimpanan makanan rumahan. Perusahaan tersebut sempat mengalami kebangkitan selama pandemi virus corona saat kostumer yang menjalani lockdown banyak memasak di rumah dan menggunakan wadah Tupperware.
Sayangnya, penjualannya mengalami penurunan karena kesulitan bersaing dengan kompetitor yang mempromosikan produknya ke generasi muda di TikTok dan Instagram.
Tahun lalu Tupperware telah memberi sinyal pihaknya berisiko mengalami kebangkrutan kecuali jika mampu menggalang dana darurat.
Jajaran atas perusahaan menyatakan perusahaan tengah mencari pembeli potensial yang dapat melindungi merek ikoniknya dan semakin memajukan transformasi Tupperware menjadi perusahaan digital yang mengutamakan teknologi.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan makroekonomi yang menantang. Hasilnya, kami menjajaki berbagai opsi strategis dan memutuskan bahwa ini adalah jalan terbaik ke depan,” terang Presiden dan CEO Tupperware Laurie Ann Goldman.
Dia menjelaskan, proses ini dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas yang penting saat perusahaan mencari alternatif strategis untuk mendukung transformasinya menjadi perusahaan yang mengutamakan bisnis digital dan berbasis teknologi. Sehingga ke depan, perusahaan memiliki posisi lebih baik untuk melayani para pemangku kepentingan.
“Pesta Tupperware telah berakhir selama beberapa waktu. Pergeseran perilaku pembeli membuat wadahnya ketinggalan jaman, karena konsumen sudah mulai menghilangkan kecanduan terhadap plastik dan menemukan cara yang lebih ramah lingkungan dalam menyimpan makanan,” terang kepala keuangan dan pasar di Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter.
Menurut dia, masih ada peluang untuk menemukan pembeli bagi bisnis tersebut. Namun mengingat plastik dianggap jauh dari kata fantastis, di kalangan konsumen yang sadar lingkungan, merevitalisasi merek ini akan menjadi perjuangan yang berat.
Tupperware mengatakan akan meminta persetujuan pengadilan untuk terus beroperasi selama persidangan. “Kami berencana untuk terus melayani pelanggan kami dengan produk berkualitas tinggi yang mereka sukai dan percayai selama proses ini berlangsung,” kata Goldman. (**)