Sabtu, Juli 19, 2025
Beranda » Berita » Daerah » Sejarah Tradisi Kuliner Jeroan, Terselip Kobaran Semangat Perlawanan, Seperti Apa?

Sejarah Tradisi Kuliner Jeroan, Terselip Kobaran Semangat Perlawanan, Seperti Apa?

Melihat Indonesia

MELIHAT INDONESIA – Kuliner berbahan jeroan cukup populer di berbagai belahan wilayah Nusantara.

Walau dianggap tak menyehatkan, aneka olahan organ dalam hewan ini terus diburu penikmatnya karena rasanya yang lezat.

Kesukaan sebagian orang Indonesia mengkonsumsi jeroan tidak muncul tiba-tiba.

Ada kisah kobaran semangat perlawanan, serta keterbatasan akses mendapatkan daging pada masa penjajahan.

Hal ini membuat kesukaan masyarakat terhadap kuliner berbahan jeroan makin mengakar.

Tradisi dan budaya kuliner adalah bagian dari respons masyarakat dalam menghadapi kondisi sosial-ekonomi, serta akses terhadap sumber pangan.

Simak artikel berikut ini sejarah tradisi kuliner jeroan di Nusantara.

Kondisi Ekonomi dan Keterbatasan Akses ke Daging

Selama masa penjajahan, sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami kesulitan ekonomi. Akses terhadap daging, yang merupakan bahan pangan mahal, menjadi suatu kemewahan yang tidak terjangkau bagi banyak orang. Oleh karena itu, mengkonsumsi bagian dalam hewan yang lebih terjangkau harganya menjadi solusi praktis dan efisien.

Pemanfaatan Menyeluruh

Tradisi makan jeroan juga mencerminkan semangat pemanfaatan sumber daya secara menyeluruh. Di tengah keterbatasan, masyarakat Indonesia mengembangkan kearifan dalam memanfaatkan setiap bagian dari hewan untuk memastikan bahwa tidak ada sumber daya yang terbuang sia-sia. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai lokal yang menghormati sumber daya dan menolak hal mubazir.

Kreativitas

Dengan terbatasnya akses terhadap bahan pangan, masyarakat Indonesia menjadi kreatif dalam meramu dan memasak jeroan. Teknik memasak yang inovatif dan penyajian yang beragam membantu menghadirkan hidangan jeroan dengan cita rasa yang lezat, meskipun berbasis pada bagian dalam hewan yang mungkin dianggap kurang lazim pada saat itu.

Semangat Perlawanan

Pengonsumsian jeroan juga dapat diartikan sebagai bentuk resistensi terhadap penjajahan. Dalam menciptakan hidangan lezat dari bahan yang terbatas, masyarakat Indonesia menunjukkan keteguhan dan kemampuan untuk mempertahankan kearifan lokal mereka, bahkan dalam kondisi yang tidak menguntungkan.

Seiring berjalannya waktu, meskipun kondisi ekonomi telah berubah, tradisi makan jeroan tetap terjaga sebagai bagian penting dari kuliner Indonesia. Warisan sejarah ini memperkaya keanekaragaman kuliner Indonesia dan terus menjadi simbol perlawanan serta kreativitas dalam mengatasi keterbatasan.

Tradisi makan jeroan di Indonesia selama masa penjajahan Belanda mencerminkan adaptasi dan ketahanan masyarakat lokal terhadap kondisi sulit. Warisan kuliner ini tidak hanya menciptakan hidangan yang lezat, tetapi juga menjadi penanda keberanian dan kreativitas dalam menjaga kearifan lokal dalam menghadapi kendala ekonomi yang melanda. (*)

Recent PostView All

Leave a Comment

Follow Us

Recent Post

Adblock Detected

Please support us by disabling your AdBlocker extension from your browsers for our website.